MAKASSAR,DJOURNALIST com – Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada sektor pertanian mendominasi Program Hapus Ikatan Rentenir di Sulawesi (Phinisi) yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar).
Dimana sejak progam tersebut digagas pada 2022 hingga triwulan III 2024 berhasil menjangkau 823.606 debitur dan sekitar 46,08 persen didominasi dari pelaku UMKM sektor pertanian.
“Program Phinisi ini didominasi di sektor pertanian, ini salah satu upaya kami untuk memerangi atau menyaingi peran-peran dari rentenir maupun tengkulak. Meskipun memang baru sekitar 46 persen yang mengakses dari total pelaku UMKM di Sulsel yang sebanyak 1.801.842,” terang Kepala OJK Sulselbar Darwisman, pada Journalist Update Perkembangan Industri Jasa Keuangan Sulsel, kemarin.
Lanjutnya, dari 823.606 debitur atau pelaku UMKM yang mengakses program Phinisi tersebut berhasil menyalurkan kredit sekitar Rp26,47 triliun. Dalam progam Phinisi, OJK melibatkan bank-bank plat merah dengan menawarkan sejumlah program KUR yang memudahkan pelaku UMKM di Sulawesi Selatan. Pertama, BRI yang menawarkan program Kredit Cepat (KeCe) dengan proses yang cepat, serta KUR Super Mikro dengan biaya rendah, serta proses cepat.
Kedua, Bank Mandiri yang menyiapkan Progam KUR dengan biaya rendah, serta proses cepat. Ketiga, Bank Sulselbar melalui Program KUR Pola Kemitraan dengan biaya rendah, serta Program Pembiayaan Usaha Rakyat (Pusaka) dengan biaya rendah. Selanjutnya, keempat BNI melalui system Kemitraan Bina Lingkungan dan KUR dengan biaya rendah. Kelima, Bank Syariah Indonesia (BSI) yang menawarkan program KUR biaya rendah serta proses yang cepat.
Darwisman mengatakan, selain melalui program Phinisi, berbagai upaya strategis lainnya turut digagas OJK dalam rangka mengembangkan akses keuangan di masyarakat. Pertama, Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI). Progam ini dalam rangka meningkatkan akses keuangan masyarakat di perdesaan, salah satunya di Desa Kassi, Kabupaten Jeneponto pada tahun ini.
“Dari program ini dana pihak ketiga (DPK) masyarakatnya sudah mencapai 150 rekening dengan tabungan Rp565 juta, sementara kredit pembiayaannya sudah 40 rekening debitur dengan nilai Rp3,7 miliar,” sebutnya.
Kemudian, di progam EKI ini telah memberikan jaminan asuransi kepada 20 polis, pembentukan agen 1 orang, dan 39 layanan QRIS merchant, serta tabungan haji 28 orang.
Kedua, program akses keuangan lainnya yaitu melalui program Pemberdayaan Ekosistem Bisnis UMKM melalui klasterisasi. Dimana hingga triwulan III 2024, OJK Sulselbar telah berhasil menjangkau 1.300 klaster dengan 19.971 debitur dengan menyalurkan Rp681 miliar kredit.
“Kemudian kami juga melakukan program UMKM Bajina’, dimana dari 71 UMKM yang sudah kami lakukan pra inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi, dan sudah sudah lulus, ada sekitar 66 UMKM produknya telah di ekspor dan dibantu oleh bank-bank yang mendampingi,” ungkap Darwisman.(***)
Comment