MAKASSAR, DJOURNALIST.com – Film “Puang Bos” akhirnya resmi tayang di seluruh bioskop tanah air.
Film yang diproduksi oleh Megti Media Film, menggelar acara nonton bareng di Makassar, tepatnya di hari kedua tayang. Di TSM Makassar, Jumat 15 November.
Sutradara Adink Liwutang mengungkapkan bahwa Sulawesi Selatan menjadi basis utama penonton yang diandalkan.
“Sulawesi Selatan memang menjadi prioritas untuk nonton bareng. Setelah ini, kami juga akan mengadakan kegiatan serupa di Kalimantan, Manado, dan Palu,” ujar Adink.
Ia berharap film ini mendapat sambutan hangat dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, mengingat persaingan ketat dengan film-film asing yang tengah diputar di bioskop.
Adink mengajak masyarakat untuk mendukung film karya anak bangsa. Ia ingin film Indonesia bisa bertahan lebih lama di bioskop, penontonnya harus banyak. Kesadaran akan pentingnya mendukung karya lokal menjadi motivasi utama baginya dan tim dalam mempromosikan film ini.
“Semakin tinggi antusiasme, semakin besar peluang layar untuk film ini diperluas,” tambahnya.
Adink menjelaskan Selain mengandalkan promosi konvensional, tim “Puang Bos” juga menggandeng komunitas masyarakat.
bahwa mereka bekerja sama dengan berbagai kelompok, termasuk Kerukunan Keluarga Besar Bulukumba yang tersebar di beberapa kota besar, seperti Jakarta.
“Kami ingin film ini dirasakan oleh seluruh masyarakat, tidak hanya di Sulawesi tetapi juga di luar daerah,” katanya.
Film “Puang Bos” tidak hanya ditayangkan di XXI, tetapi juga di jaringan bioskop lain seperti Cinepolis, CGV, dan Platinum. Hal ini menunjukkan upaya maksimal tim produksi untuk menjangkau sebanyak mungkin penonton.
Adink mengakui bahwa persiapan dan promosi film ini melibatkan banyak pihak, termasuk komunitas lokal yang memainkan peran penting dalam menyebarluaskan informasi tentang film tersebut.
Adink Liwutang juga mengungkapkan, keindahan alam yang ditampilkan bertujuan untuk memikat penonton dan sekaligus memperkenalkan warisan budaya Sulawesi Selatan ke khalayak yang lebih luas.
“Visual yang memukau ini adalah bagian penting dari film. Kami ingin menunjukkan kepada dunia betapa kayanya budaya dan alam kita,” jelas Adink.
Sinopsis
Film ini mengikuti kisah keluarga pembuat kapal Pinisi yang tengah dilanda konflik. Sang pewaris tunggal, Dewa Rucci, tak mau meneruskan usaha Puang Sinar, ayahnya.
Ia sibuk mengendarai sepeda motor bersama teman-temannya. Di sisi lain, kayu Na’nasa sebagai bahan baku kapal Pinisi tengah mengalami krisis. Dewa Rucci kembali bertemu dengan Pertiwi, cinta masa lalunya.
Puang Sinar dibantu oleh Yudis dan Puang Hari punya ide agar usaha pembuatan kapalnya berjalan lancar.
Apalagi, Pertiwi adalah pewaris lahan pohon Na’nasa terluas di Bulukumba.
Mengusung genre komedi romantis, film ini dibintangi oleh Ibrahim Risyad, Michelle Ziudith, dan Timotius Pritt.(***)
Comment