RDK OJK: Oktober 2024 Stabilitas Jasa Keuangan Positif dan Stabil

Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan, melalui virtual, kemarin. (Foto:OJK)

MAKASSAR,DJOURNALIST.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, hingga periode 30 Oktober 2024 stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga stabil dan positif. Apalagi di tengah meningkatnya risiko geopolitik dan melemahnya aktivitas perekonomian global.

“Kinerja sektor keuangan di Indonesia tetap terjaga baik dan stabilitas, sekalipun terjadi kondisi yang disertai perlambatan perekonomian global maupun resiko geopolitik. Ini adalah modalitas yang kuat bagi sektor jasa keuangan, yang didukung tentunya dengan tingkat resiko yang baik dan permodalan yang kuat, sehingga mampu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” terang Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, di sela-sela Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan, melalui virtual, kemarin.

Lanjutnya, perlambatan pertumbuhan di beberapa negara utama dan ketidakpastian geopolitik menjadi tantangan utama bagi ekonomi global saat ini.

Misalnya, perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari ekspektasi awal seiring solidnya pasar tenaga kerja, serta membaiknya permintaan domestik.

Kemudian, di Eropa, aktivitas perekonomian mulai membaik yang terlihat dari naiknya penjualan ritel, namun dari sisi manufaktur masih relatif tertekan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada Q3-2024 masih menunjukkan perlambatan baik dari sisi demand maupun supply. Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral Tiongkok terus mengeluarkan stimulus untuk mendorong sektor riil dan kembali melonggarkan kebijakan moneter.

“Risiko geopolitik global yang meningkat turut menjadi tantangan bagi prospek perekonomian ke depan, terutama terkait eskalasi konflik di Timur Tengah, serta dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024,” ujarnya.

Kemudian, terjadi instabilitas yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan harga komoditas safe haven seperti emas meningkat. Perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global. Hal ini mendorong aliran modal keluar (outflow) dari negara emerging market, termasuk Indonesia, sehingga pasar keuangan emerging markets mayoritas melemah.

“Berkaitan dengan itu secara spesifik peran sektor jasa keuangan (SJK) kami dorong untuk terus meningkatkan pengembangan ekosistemnya,” sebutnya.

Mahendra mengungkapkan, kinerja perekonomian secara umum masih terjaga stabil di tengah lemahnya kondisi perekonomian global. Inflasi inti terjaga serta neraca perdagangan masih mencatatkan surplus sejak Juli 2024. Namun demikian, perlu dicermati Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih berada di zona kontraksi, serta pemulihan daya beli yang berlangsung relatif lambat.(***)

Comment