Dahulu kala, Nusantara dikenal dengan kekayaan rempah-rempah. Bandar pelabuhan Makassar menjadi pusat perdagangan rempah-rempah tersebut berskala internasional. Kini kota ini mendeklarasikan diri sebagai kota makan enak. Karena itu Festival Jajanan Bango (FJB) untuk ketiga kalinya digelar di kota ini.
MAKASSAR – Rusmayani Madjid tahun 2014 dan 2018 masih menjabat sebagai kepala dinas pariwisata kota Makassar, tak heran ia mengenang dan mengakrabi Festival Jajanan Bango. Tahun-tahun itu, FJB pertama dan kedua Kalinya digelar di kota ini.
Suatu kebetulan yang tepat, bila FJB Ketiga Kalinya di kota Makassar, 7-8 Oktober di parkir Mall Phinisi Point jalan Tanjung Bunga digelar saat kota Makassar yang saat ini dipimpin Ir. Moh Ramadhan “Danny” Pomanto selaku Walikota Makassar mendeklarasikan diri sebagai kota makan enak.
Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Indonesia, sehingga kuliner di kota ini menjadi begitu khas dan beragam berkat pengaruh dari berbagai budaya yang berbeda.
Kekayaan kuliner di kota ini selain kaya dengan rempah-rempah juga mengalami adaptasi dengan berbagai budaya kuliner lainnya baik antar daerah di Nusantara maupun di luar Nusantara seperti pengaruh kuliner China maupun dari negara timur tengah dan India.
Walaupun begitu, ciri khas yang ada juga tak lekang selain juga beberapa hal harus disesuaikan. Kekayaan kuliner tersebut diwariskan dari generasi ke generasi terutama peracik kuliner legendaris.

Salah satunya yang setia hadir di FJB, konro bakar Karebosi yang sudah bergulir ke generasi ketiga. Konro Karebosi di FJB 2023 kali ini dihadiri oleh Muhammad Dany Omara, salah satu cucu pencipta H. Hanafie (1968) dari 10 anaknya.
“Walaupun saya lahir dan menghabiskan masa kecil di Jakarta tapi saya akrab dengan kuliner konro ini sejak lama dan akhirnya mengelola usaha kuliner keluarga ini,” ungkap Muhammad Dany Omara ini.
Ia mengaku sudah akrab dengan bisnis konro bakar kakeknya ini sejak usia SMP. Baginya konro bakar ini kekayaan budaya yang harus dia jaga dan terus lanjutkan apalagi sebagai generasi milineal. Ia juga mengetahui bahwa untuk mengadaptasikan konro Karebosi ini beberapa resep sudah diadaptasi oleh pendahulunya seperti memakai daging sapi menggantikan daging Kerbau sebagai bahan baku utama.
Resep konro bakar yang diciptakan kakeknya memerlukan bumbu kecap sebagai pendukung utama rasa konro bakar, setelah lama dengan eksplorasi kecap lalu akhirnya menemukan rasa yang pas dengan kecap Bango.
Misi menjaga kekayaan kuliner Nusantara dan memberikan literasi kuliner terutama bagi generasi seperti Muhammad Dany Omara atau generasi milineal dan gen Z itulah yang menjadi tujuan besar bagi kecap Bango membangun platform misalnya dengan Festival Jajanan Bango ini.

“ Bango juga konsisten melestarikan kekayaan kuliner Nusantara melalui berbagai platform, salah satunya Festival Jajanan Bango yang digagas sejak tahun 2005. Setelah dua kali hadir di tahun 2014 dan 2018 lalu, tahun ini kami kembali menyambangi Makassar; ‘Kota Makan Enak’ dengan pesona kekayaan kulinernya yang begitu istimewa,” ungkap Ari Astuti yang akrab dipanggil mbak Tutut, selaku Head of Marketing Nutrition Indonesia, PT Unilever Indonesia, Tbk, ketika sambutan FJB 2023 di Makassar.
Menurut Tutut, Sejak 1928, Bango selalu konsisten menjaga kualitas melalui penggunaan 4 bahan alami terbaik dan proses pembuatan yang otentik. Hingga kini menginjak 95 tahun, seluruh upaya ini Bango lakukan agar kecap manis yang berkualitas dapat terus lestari sebagai culinary gem kebanggaan Indonesia yang menyatukan kelezatan aneka kuliner nusantara dari generasi ke generasi.
“Apalagi untuk generasi Z dan milenial ditengah gempuran berbagai makanan dari luar. Karenanya FJB konsisten mengangkat legenda kuliner di Nusantara dan tiap tahun menampilkan kuliner legend dari pelosok Nusantara,” ungkap Mbak Tutut dalam Talkshow konferensi pers pembukaan, Sabtu (7/10).
Misi tersebut membuat FJB setiap digelar memberikan hal-hal baru seperti memberikan pengalaman dan pengetahuan serta terobosan atas pengalaman kuliner kita terutama soal kecap. Pada FJB 2023 ini selain memberikan pengetahuan tentang kualitas bahan kecap Bango yang dipamerkan dalam suatu galeri literasi kecap juga FJB ini juga memberikan sensasi atas unsur psikologis selera kita.
Pada FJB Makassar 2023 yang menyuguhkan 45 kuliner otentik persembahan 35 legenda kuliner asal Makassar dan sekitarnya, dan 10 legenda lainnya yang didatangkan dari berbagai wilayah nusantara. Pengunjung diberikan sensasi sensorik dari selera makan lewat multisensori melalui galeri imersif yang unik. Galeri ini membawa pengunjung pada sebuah perjalanan yang memanjakan kelima indera – mulai dari pengelihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, hingga perasa – sehingga akhirnya membangkitkan sejuta rasa di hati dan pikiran seluruh pecinta kuliner untuk mengapresiasi kuliner nusantara sebagai sebuah mahakarya yang patut dirayakan dan dilestarikan.

Bagi pemerintah Sulawesi Selatan dan kota Makassar memberikan apresiasi positif atas kembali dipilihnya kota Makassar sebagai tempat digelarnya FJB 2023.
Hj. Rusmayani Madjid, M.SP selaku Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Makassar mewakili Walikota Makassar mengungkapkan, bahwa Pemerintah Kota Makassar meluncurkan program ‘Kota Makan Enak’ untuk mempromosikan keanekaragaman kuliner dan mengangkat citra kota Makassar sebagai kota yang kaya akan kuliner lezat dan beragam.
“Festival Jajanan Bango 2023 merupakan salah satu cara menarik wisatawan untuk mencoba kuliner khas Makassar yang lebih sehat dan bergizi, serta mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia sebagai sebuah budaya yang patut untuk dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya,”ungkap mantan kadis pariwisata Makassar tersebut.

Sementara pemerintah provinsi Sulsel, Dr. H. Ashari Fakhsirie Radjamilo M.Si selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan mewakili Pj Gubernur Sulsel, berharap FJB akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi khususnya disektor UMKM.
” Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi dengan UMKM sebagai salah satu roda penggeraknya, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun,” pungkas Anshari F. Radjamilo.(#)
Comment