OJK Sebut Risiko Kredit Macet Secara Agregat Dianggap dalam Kondisi Terjaga Stabil di Posisi 2,38 persen

konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulanan Juni 2024 di Jakarta, Senin (8/7/2024).

JAKARTA,DJOURNALIST.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sektor Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) mencatat pada industri fintech peer to peer (P2P) lending mengalami pertumbuhan yang positif.

Salah satunya, jika dilihat pada outstanding pembiayaan di September 2024 yang tumbuh 33,73 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Dimana pada periode September 2023 sebesar Rp55,70 triliun, dan periode yang sama 2024 mencapai Rp74,48 triliun.

“Secara nasional outstanding pinjaman atau piutang masyarakat di fintech P2PL sebesar Rp74,48 triliun,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga PVML OJK Agusman, dalam keterangannya belum lama ini.

Kemudian, jika dilihat sejak periode 2021 hingga 2023 total outstanding pinjaman di layanan pinjaman online resmi dan legal ini juga menunjukkan peningkatan yang baik. Disebutkan, pada 2021 sebesar Rp29,88 triliun, periode 2022 mencapai Rp51,12 triliun, dan di 2023 sebesar Rp59.64 triliun secara nasional.

Lanjut Agusman, untuk tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dianggap dalam kondisi terjaga stabil di posisi 2,38 persen, dari periode yang sama di 2023 dalam posisi 2,82 persen.

Ia mengatakan, di sektor PVML, piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan (PP) tumbuh sebesar 9,39 persen yoy pada September 2024 atau menjadi Rp501,78 triliun. Capaian tersebut didukung pembiayaan investasi yang meningkat sebesar 9,76 persen yoy.

Profil risiko Perusahaan Pembiayaan (PP) terjaga dengan rasio Non Performing Financing (NPF) gross tercatat sebesar 2,62 persen, dan NPF net sebesar 0,81 persen. Gearing ratio PP turun menjadi sebesar 2,33 kali dan berada di bawah batas maksimum sebesar 10 kali.

Pada kondisi pertumbuhan pembiayaan modal ventura di September 2024 terkontraksi sebesar 8,10 persen yoy, dengan nilai pembiayaan tercatat sebesar Rp16,25 triliun.

Untuk pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh PP, pertumbuhan pembiayaan meningkat sebesar 103,40 persen yoy atau menjadi Rp8,24 triliun.

“Sementara pada kondisi NPF gross sebesar 2,60 persen dari 2,52 persen di periode Agustus 2024,” tutup Agusman.(***)

Comment