MAKASSAR,DJOURNALIST.com – Mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), angkat suara menanggapi pernyataan Danny Pomanto.
Danny Pomanto sebelumnya blak-blakan menyebut bahwa banjir di Kota Makassar selama musim hujan bukanlah bencana hidrometeorologi, melainkan akibat kesalahan tata ruang yang diterapkan oleh para wali kota pendahulunya.
Pernyataan tersebut disampaikan Danny saat Debat Terbuka Kedua Pilgub Sulsel, Ahad 10 November pekan lalu di Hotel Claro, Makassar.
Danny Pomanto ketika itu menjawab pertanyaan Calon Gubernur Sulsel, Andi Sudirman, mengenai solusi penanganan banjir perkotaan.
Danny Pomanto, yang telah menjabat Wali Kota Makassar selama satu dekade, menyatakan, banjir di Kota Makassar terjadi karena kesalahan tata ruang yang diambil oleh para pemimpin sebelumnya.
Dalam hal itu Danny Pomanto menyalahkan era kepemimpinan Ilham Arief Sirajuddin.
Menurut Danny, area-area yang seharusnya berfungsi sebagai lahan resapan air justru dialihfungsikan menjadi perumahan dan kawasan komersial.
Sehingga menyulitkan pengelolaan air saat hujan deras turun.
“Saya kampanye dari awal, jangan beli rumah di tempat air menetap,” tegas Danny.
Danny Pomanto kemudian menjelaskan, penduduk harus lebih selektif dalam memilih lokasi tempat tinggal.
“Banjir di Makassar ini bukan bencana hidrometeorologi, tapi itu kesalahan tata ruang yang diterapkan oleh para pendahulu saya,” kata Danny Pomanto.
Pernyataan Danny ini mendapat kritik keras dari IAS.
Politisi Partai Golkar itu mengingatkan bahwa Danny sebenarnya sudah paham betul tentang permasalahan banjir di Makassar sejak awal menjabat.
Bahkan, saat Danny Pomanto baru terpilih, IAS pernah menemaninya untuk meninjau langsung titik-titik banjir di Kota Makassar.
“Artinya, sejak awal, Danny tahu di mana saja titik-titik banjir dan bahwa banjir adalah masalah berulang setiap tahun,” ujar IAS kepada wartawan, Selasa, 12 November 2024.
IAS lantas mempertanyakan tindakan konkret yang sudah dilakukan Danny selama sepuluh tahun menjabat.
Menurutnya, pernyataan Danny yang menyalahkan tata ruang sebelumnya hanya menunjukkan bahwa ia cenderung menghindari tanggung jawab.
Terlebih melempar kesalahan kepada Wali Kota Makassar sebelumnya.
“Kalau sejak awal sudah tahu masalahnya, lantas apa yang sudah dilakukan selama sepuluh tahun ini untuk mengatasi banjir?” tanya IAS.
IAS kemudian menantang transparansi langkah-langkah nyata yang telah diambil Danny Pomanto.
Menurut IAS, sebagai Wali Kota Makassar, Danny seharusnya bisa menyampaikan kebijakan atau program apa yang sudah diterapkan untuk mengatasi masalah banjir.
“Kalau memang sudah ada terobosan yang dilakukan, sampaikan kepada publik. Tapi kalau tidak ada yang dikerjakan, paling mudah memang hanya menyalahkan pemimpin yang lalu dan masyarakat yang salah memilih lokasi rumah,” kritik IAS.
Lebih lanjut, IAS menyatakan, seorang pemimpin harus bertanggung jawab dan tidak terus-menerus mencari pembenaran dengan menyalahkan pihak lain.
“Pemimpin yang baik adalah yang mau menerima kritik dan mengambil tindakan nyata, bukan sekadar mencari-cari alasan. Kalau terus menyalahkan pemimpin lalu, menyalahkan bawahan, menyalahkan lembaga survei, menyalahkan cuaca, ini menunjukkan karakter kepemimpinan yang enggan bertanggung jawab,” ujar IAS.
Kritikan IAS ini sekaligus menjadi pengingat bagi publik bahwa selama satu dekade menjabat, masyarakat Makassar masih merasakan dampak dari banjir yang berulang.
“Saya kira publik layak menanyakan apa saja yang sudah dilakukan (Danny Pomanto) selama 10 tahun ini. Jangan sampai isu banjir hanya dijadikan komoditas politik, sementara solusi yang diberikan tidak benar-benar terasa dampaknya bagi warga,” pungkas IAS.
Comment