MAKASSAR,DJOURNALIST.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2024 tercatat di atas ekspektasi atau mengalami peningkatan positif.
Hal ini dinilai dipacu dengan naiknya konsumsi rumah tangga dan investasi.
“Di domestik, pertumbuhan ekonomi tercatat di atas ekspektasi yang didorong oleh naiknya konsumsi rumah tangga dan investasi,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK secara virtual, kemarin.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang masih baik juga tercermin dari peningkatan kinerja emiten di triwulan II 2024.
Antara lain, terlihat dari pendapatan yang tumbuh masing-masing sebesar 4,94 persen, dan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,73 persen secara year of year (yoy).
“Kondisi ini mengalami kenaikan positif dari perolehan triwulan I 2024 yang mencapai 2,64 persen pada pertumbuhan pendapatan, dan 2,29 persen pada penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, perlu dicermati pemulihan daya beli yang saat ini berlangsung relatif lambat,” terangnya.
Lanjutnya, pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional masih sangat positif jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian global secara umum yang dianggap masih melemah dengan tingkat inflasi yang cenderung termoderasi. Kondisi tersebut diiringi dengan cooling down pasar tenaga kerja AS yang mendorong The Fed bersikap dovish, sehingga meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan di 2024.
Di Eropa, indikator perekonomian masih belum solid di tengah inflasi yang persisten. Pasar mengeksploitasikan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September 2024. Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat dengan decoupling demand dan supply yang terus berlanjut.
“Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter,” akunya.
Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024, serta potensi instabilitas di Timur Tengah dan di Rusia akibat eskalasi perang di wilayah perbatasan Ukraina.
Selain itu, pelemahan demand secara global turut menyebabkan harga komoditas melemah. Di tengah perkembangan tersebut, yield UST secara umum menurun dan dollar index melemah dipengaruhi terutama oleh ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan oleh The Fed dalam waktu dekat.
“Hal ini mendorong mulai terjadinya aliran masuk modal (inflow) ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Sehingga pasar keuangan emerging market mayoritas menguat terutama di pasar obligasi dan nilai tukar,” tegas Mahendra Siregar.(***)
Comment