Peliknya Permasalahan Sampah dan Penanggulangannya

AZRINI KHAERAH MAHASISWA PROGRAM STUDI DOKTOR BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Sampah masih menjadi masalah nasional di Indonesia. Pembahasan terkait sampah memang merupakan permasalah yang kompleks karena melibatkan banyak kepentingan, mulai dari warga atau individu dengan beragam aktifitas sebagai sumber munculnya sampah, pemerintah atau dinas terkait dalam mengelola sampah sampai pada kebijakan dan peraturan negara dalam menanggapi sampah tersebut.

Faktanya, ketika kita melintasi beberapa ruas jalan, baik itu di desa maupun di perkotaan, seringkali ditemui tumpukan sampah, baik itu di sisi jalan maupun pada penampungan sampah sementara. Bahkan, beberapa rumah makan pada jam sibuk seringkali teramati penuh dengan sampah sisa makanan ataupun tisu di kolong-kolong meja.

Terlebih lagi jika kita bicara tentang tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, sudah banyak TPA di Indonesia yang menyimpan tumpukan sampah tanpa ada pengelolaan. Misalnya di TPA Antang Makassar Sulawesi Selatan, wilayah pembuangan akhir sampah kota Makassar yang sudah dipenuhi dengan gunungan sampah. Sejak tahun 2023 TPA tersebut sudah dilaporkan over kapasitas tanpa ada penanganan yang pasti. Pada tahun yang sama bahkan TPA Piyungan di Yogyakarta ditutup karena sudah mencapai kapasitas maksimal.
Memang dibutuhkan Kerjasama semua pihak di semua lapisan Masyarakat untuk menanggulangi permasalahan sampah tersebut.

Terlebih dalam menanggapi target Indonesia Bersih Sampah di tahun 2025 melalui pengurangan volume sampah sebesar 30% dan pengelohan sampah sampai 70%, tentu bukan sekedar pemerintah yang memiliki tanggung jawab disini. Edukasi Masyarakat tentang kepeduliannya terhadap darurat sampah ini harus selalu dilakukan, di ruang kelas atau di balai-balai penyuluhan Desa.

Sebetulnya beberapa komunitas peduli lingkungan sudah sering kali memberikan informasi terkait penanggulangan sampah ini. Komunitas seperti pandawara group yang aktif membagikan aktifitasnya membersihkan sampah di Sungai maupun Pantai yang terkadang lokasinya ada di perkotaan. Akan tetapi, hal seperti ini akan menjadi perjuangan yang sia-sia jika Masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk menghentikan budaya buruk terkait persampahan ini.

Edukasi Masyarakat tentang sampah
Hal paling awal sebagai langkah nyata mengurangi sampah sekarang ini ada pada Masyarakat Indonesia. Upaya dalam mengedukasi Masyarakat tentang sampah yang sudah pernah dilakukan harus kembali diintensifkan. Edukasi teoritis tentang jenis sampah misalnya, harus kembali ditegakkan. Sampah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu sampah organik, sampah kertas, sampah plastik, sampah kaca dan kaleng serta sampah B3(bahan berbahaya dan beracun).

Selain itu, hal dasar yang perlu dipahami dan diingat oleh Masyarakat adalah sumber dari sampah itu sendiri. Masyarakat terkadang tidak sadar dalam aktifitasnya menghasilkan sampah yang semestinya dapat diminimalisir. Misalnya, selepas makan orang-orang cenderung menggunakan tisu berlembar-lembar sampai tangannya kesat, padahal dapat diminimalisir penggunaannya dengan mecuci tangan di air mengalir. Belum lagi kebiasaan membuang sampah sembarangan yang masih menjadi momok bagi Masyarakat Indonesia.

Hal lain juga adalah banyaknya sampah sisa makanan yang menjadi salah satu penyumbang sampah yang cukup besar. Makanan yang tidak habis di makan, baik itu di rumah sendiri maupun di rumah makan, ini semestinya mendapat perhatian tersendiri. Pada lingkungan rumah sendiri dapat dilakukan dengan pengomposan sendiri. Akan tetapi untuk sampah sisa makanan yang tidak termakan di rumah makan atau restoran dapat dikenakan denda.

Seperti yang dilakukan di negara Jerman dan Swiss, pelanggan yang tidak menghabiskan makanannya diharuskan membayar denda sesuai dengan jumlah makanan yang ditinggalkan. Disini itentu terikut peran dari pemerintah dalam menegakkan kebijakan dan peraturan.

Dampak Lingkungan dari Sampah
Beragam bencana alam yang terjadi di Indonesia bersumber dari sampah dan penanggulangan yang tidak tepat. Banjir yang seakan sudah menjadi “Event” tahunan adalah salah satu hal yang muncul akibat sampah. Menumpuknya sampah di daerah aliran air menyebabkan air tersebut meluap ke daerah pemukiman. Sampah juga dapat menyebabkan terjadi pencemaran, baik itu di tanah, air dan udara.

Sampah yang tidak dikelola dengan baik bahkan sampai menumpuk akan menyebabkan pencemaran tanah. Senyawa-senyawa beracun dan berbahaya yang terbawa bersama sampah akan terserap masuk kedalam tanah, apalagi setelah sampah terkena air hujan. Senyawa tersebut akan mencemari tanah dan menurunkan derajat kesuburan tanah. Semakin jauh terbawa ke dalam lapisan tanah, senyawa berbahaya dari sampah ini akan masuk sampai ke aliran air tanah dan mencemarinya.

Sampah yang dibuang di daerah aliran air Sungai akan mencemari perairan sekitar dan terbawa sampai ke laut. Dampaknya akan mencemari kehidupan yang ada pada perairan tersebut, biota laut akan tercemar dengan limbah dan senyawa berbahaya dan akan muncul efek laten ketika biota laut tersebut dikonsumsi oleh manusia. Pembakaran sampah dalam upaya mengurangi volume sampah juga akan menyumbang bahan berbahaya pada udara dan semakin memperkeruh polusi udara. Ketika sampah dibakar akan menghasilkan bahan berbahaya yang mudah bercampur dengan udara seperti karbonmonoksida, karbon dioksida, metana dan dinitrogen oksida. Ketika udara dengan cemaran tersebut dihirup, akan memicu munculnya penyakit pernapasan akut. Sementara residu pembakaran akan tertinggal di tanah dan menyebabkan pencemaran yang lain.

Penanggulangan sampah dan teknologi yang mendukung

Kampanye 3 R dalam pengelolaan sampah ini sudah lama dilakukan, reduce untuk mengurangi sampah, reuse untuk memanfaatkan kembali barang yang masih bisa digunakan dan recycle untuk mendaur ulang sampah.

Sayangnya, kesadaran Masyarakat dalam melaksanakannya sangat rendah. Dalam menjalankan aksi seperti ini dibutuhkan kesadaran individual dan edukasi dini kepada anak-anak agar tercipta budaya baik dalam mengatasi semakin bertambahnya penumpukan sampah. Orang dewasa memberikan contoh dalam praktik baik 3R kepada anaknya masing-masing di rumah akan memberikan dampak nyata dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Menyediakan rambu-rambu tentang sampah di rumah, tempat sampah yang tersedia di setiap ruangan, sampai pada aktifitas mengurangi sampah merupakan contoh baik yang dapat dilakukan di lingkungan kita masing-masing.

Beragam teknologi dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi sampah. Teknik komposting dengan prinsip fermentasi dapat digunakan dalam mengurangi sampah dan merubahnya menjadi bahan yang bermanfaat. Aplikasinya dapat dimulai dengan pemisahan jenis sampah organik dan nonorganik. Sampah organik dapak dikomposkan dengan beragam teknik, baik itu dengan teknik kompos sederhana atau dengan penambahan agen fermentasi seperti kultur mikroorganisme untuk mempercepat laju dekomposisi. Belakangan ini sedang banyak dikembangkan penggunaan larva Lalat Tentara Hitam atau Black Soldier Fly (BSF) dalam mengurai sampah organik. Kompos yang dihasilkan memiliki kandungan zat hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

Sampah non organik yang dihasilkan dari pemilihan ini dapat masuk dalam proses reuse jika masih dapat digunakan seperti misalnya sampah botol plastik yang digunakan untuk membuat beragam kerajinan tangan (kursi, meja dan lainnya) atau proses recycle seperti pecahan kaca yang didaur ulang melalui teknik pembakaran. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan insenerasi. Meski membutuhkan biaya yang cukup besar dan prosedural yang panjang, teknik ini cukup efisien dalam mengurangi penumpukan sampah non organik.

Kebijakan dan inisiatif pemerintah dalam pengelolaan sampah

Hadirnya pemerintah di lingkungan Masyarakat tentu akan memberikan dampak positif dalam pengelolaan sampah. Penyuluhan pengelolaan sampah yang disertai dengan pendampingan dan pemberian fasilitas tentu akan sangat disambut baik oleh Masyarakat. Keluhan Masyarakat pasca penyuluhan terkadang menyebutkan mereka hanya diberi informasi teoritis tanpa ada pendampingan dalam aksi nyata di lapangan. Belum lagi soal fasilitas, tidak ada pemberian fasilitas seperti tong untuk pemilahan sampah atau pembuatan bak sampah untuk sampah organik. Kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus diikuti dengan pendampingan secara langsung di tengah Masyarakat.

Inisiatif lain seperti pengintensifan peran bank sampah juga dapat dilakukan. Saat ini telah hadir beberapa bank sampah yang dikelola oleh perorangan dan komunitas sampah, seperti Mall Sampah (https://www.mallsampah.com/). Layanan seperti ini semestinya juga dapat didukung oleh unsur pemerintah agar semakin memasifkan gerakan pengurangan sampah.
Indahnya panorama alam Indonesia akan semakin dapat dinikmati jika permasalahan sampah ini dapat diselesaikan. Kita berkaca pada negara Asia dan Eropa yang penataan kota dan pedesaannya begitu apik tanpa terganggu dengan sampah. Jepang dan Korea Selatan dengan kepatuhan warganya dalam hal pemilahan sampah dan pembuangan sampah menciptakan brand negara yang bersih. Swiss dengan beragam program pengolahan sampahnya yang bahkan bukan hanya menghilangkan sampah tapi juga mendapat profit dari hasil pengolahan sampahnya, seperti menghasilkan energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakatnya.

Hal ini dapat tercapai jika ada kesadaran dan partisipasi aktif Masyarakat dalam mengurangi dan mengelola sampah. Konsep Circular economy sangat baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana pemanfaatan sumberdaya tidak berhenti pada penggunaan suatu bahan hingga menjadi sampah, tetapi bagaimana menggunakan fungsi suatu sumber daya secara berkelanjutan tanpa menghasilkan sampah yang tidak berguna.

Penulis: AZRINI KHAERAH
MAHASISWA PROGRAM STUDI DOKTOR BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Comment