MAKASSAR,DJOURNALIST.com – Budidaya pisang yang dicanangkan Pemerintah Provinsi ternyata memakan dana yang cukup besar. Yaitu sekitar Rp 30 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)-Perubahan tahun 2023.
Ketua Banggar DPRD Sulawesi Selatan Irwan Hamid mengapresiasi langkah tersebut untuk menekan inflasi hanya saja dia mengusulkan agar budidaya pisang tersebut menggunakan sistem plasama.
“Saya usulkan baiknya menggunakan sistem plasma,”ujar Irwan Hamid , Ahad 8 Oktober 2023.
Artinya, pemerintah yang menyiapkan bibit kemudian pihak ketiga menyediakan market pasarnya sehingga petani dapat merasakan hasil nya.
“Kalau mau masif harus ada konsepnya,”tutur legislator DPRD Sulsel dari Fraksi PKB ini.
Hal lain yang mesti diperhatikan adalah melakukan penelitian terhadap daerah yang pas untuk budidaya pisang tersebut. Karena dikhwatirkan bibit pisang yang ditanami tidak sesuai struktur tanahnya.
“Itu perlu dilakukan apalagi dana yang digelontorkan cukup besar,”ucapnya.
Penjabat Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Bahtiar Baharuddin, membuktikan keseriusannya melakukan budidaya pisang, dengan melakukan penanaman perdana di atas lahan seluas puluhan hektare, di Kecamatan Mare, Kabupaten Bone, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Lahan di sekitar PT Sinergi Gula Nusantara juga ikut digunakan untuk budidaya tanaman pisang ini. Diketahui, budidaya pisang ini adalah program prioritas Pj Gubernur Sulsel mengatasi kemiskinan ekstrim dan ketahanan pangan di Sulsel.
Sejauh ini, Indonesia termasuk negara penghasil pisang terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina. Pisang memang termasuk salah satu buah yang paling banyak dibudidayakan di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti Jawa Timur, Lampung, Jawa Barat, Bali dan Jawa Tengah.
Untuk itu, Sulsel akan menjadi produsen terbesar mengalahkan Cina dan India. Selain untuk konsumsi dalam negeri, budidaya pisang di Sulsel menargetkan pasar ekspor. Seperti ke Malaysia, Australia, Timur Tengah, Jepang, Korea Selatan, Belanda, Cina, Iran, dan lainnya.
“Saya ingin menjadikan Sulawesi Selatan sebagai produsen pisang. Nah itu rencana lokasinya besar di Mare,” ungkap Bahtiar.
Ia berharap, tujuh bulan ke depan sudah ada produksi dari program budidaya pisang ini. “Kita mulai menanam di lahan seluas 1.200 sampai 5.000 hektare di Mare. Pak Bupati sudah siapkan kita sampai 20.000 hektare di Bone,” ungkapnya.
Untuk mendukung program tersebut, pemerintah juga harus menyiapkan infrastruktur pendukung. Seperti pelabuhan logistik atau pelabuhan barang sebagai sarana transportasi angkutan barang antar pulau.
Menurut dia, dari segi biaya tentunya jalur laut paling murah. Khususnya angkutan barang untuk komoditi pertanian, termasuk hasil produksi budidaya pisang nantinya.
“Nah kalau ada produksi banyak, barang itu bisa dikirim lewat mana? Kalau saya kirimkan lagi lewat darat, lagi-lagi biayanya terlalu besar. Nah alternatif, saya harus kirim lewat laut, makanya pelabuhan kita ini yang strategis,” imbuhnya.
Selain mengatasi kemiskinan, pengangguran, juga inflasi di tengah-tengah masyarakat, Bahtiar mengatakan, pemerintah harus hadir memberikan cara pandang visioner di bidang pertanian dan perikanan, agar bisa keluar dari masalah kemiskinan.
Hadir dalam penanaman perdana budidaya pisang tersebut, Pj Bupati Bone, Kapolres Bone, Kajari Bone, Kadis Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel, Dandim 1407 Bone, Kadis PUPR Sulsel dan seluruh pejabat terkait.
Comment