MAKASSAR,DJOURNALIST.com — Bank Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan proyeksikan kebutuhan uang jelang Natal dan Tahun Baru Nataru 2023 mencapai 3,2 triliun rupiah.
Kebutuhan uang tunai tahun ini meningkat hingga 7 persen dibanding tahun lalu yang hanya sebesar Rp2,99 triliun.
Hal ini tertuang pada taklimat media bersama BI Sulsel di kantor BI wilayah Sulsel jalan jendral Sudirman Senin 11/12/2023.
Hadir dalam taklimat media ini Edy Kristianto (Kepala Divisi SP PUR MI KPwBI Sulsel), Hasiando G. Manik (Ekonom Ahli Kelompok Perumusan KEKDA Wilayah KPwBI Sulsel), Rudy B. Wijanarko (Deputi Kepala Perwakilan KPwBI Sulsel), Causa Iman Karana (Kepala Perwakilan KPwBI Sulsel), M. Firdauz Muttaqin (Deputi Kepala Perwakilan KPwBI Sulsel), Ibu Febrina (Ekonom Ahli Kelompok Perumusan KEKDA Provinsi KPwBI Sulsel), Sakti Arif Wicaksono (Kepala Divisi Implementasi KEKDA KPwBI Sulsel)
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan Causa Imam Karana mengatakan, BI Sulsel terus menjaga sinergi untuk menjaga ketersediaan uang tunai di ATM.
“Selain itu, perbankan juga telah menyediakan layanan penukaran uang sehingga masyarakat bisa memperoleh uang pecahan yang diinginkan,” jelas Cik sapaan akrabnya saat taklimat media 2023, Senin (11/12/2023).
Selanjutnya, BI Sulsel bersama dengan perbankan juga menjaga ketersediaan uang tunai di kas titipan pada empat wilayah. Ada di Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bone, Kota Palopo, dan Kota Parepare.
BI Sulsel juga mengumumkan penarikan untuk tiga emisi uang koin. Uang koin tersebut adalah pecahan seribu tahun emisi 1993, uang koin Rp500 emisi 1991 dan tahun emisi 1997.
Sementara diketahui capaian inflasi di Sulsel juga masih terkendali dalam rentang sasaran inflasi nasional 3±1 persen (year of year/yoy).
“Inflasi gabungan lima Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel terus menunjukkan tren penurunan dari 5,83 persen (yoy) di awal tahun 2023 menjadi 2,79 persen (yoy) pada November 2023,” kata Imam.
Dikatakannya, dengan inflasi Sulsel 2,79 persen itu artinya masih di bawah inflasi nasional yang 3±1 persen (yoy). Keberhasilan tersebut dicapai karena sinergi Pemprov Sulsel, Bank Indonesia serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dengan kegiatan antara lain Pertemuan Tingkat Tinggi TPID dan pelaksanaan pasar murah.
Selain itu, juga dilakukan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) serta perluasan kerja sama antar daerah, optimalisasi jalur distribusi “SIPEPPA” bersama Bulog dan Toko Ritel.
Sementara itu, tekanan inflasi pada tahun 2023 diprakirakan terus menurun dan dipertahankan dalam rentang target 3,0±1 persen (yoy) dan cenderung bias ke bawah.
Pada tahun 2024, lanjut Imam, tekanan inflasi yang diprakirakan akan terjaga direntang sasaran 2,5±1 persen (yoy) seiring dengan perbaikan produksi pangan di tengah cuaca yang menjaga kondusif.
“Optimis ini karena prediksi tahun depan El Nino sudah berakhir dan kondisi perekonomian juga semakin membaik,” katanya.
Termasuk pada tahun 2024 merupakan tahun politik, sehingga perputaran ekonomi akan lebih bergairah dan juga terdapat Hari Raya Nasional Keagamaan yakni Hari Raya Idul Fitri yang dapat memberikan dampak terhadap perputaran ekonomi. (*)
Comment